Sabtu, 10 November 2012

SUNGAI


SUNGAI TUNTANG


Tuntang adalah sebuah sungai di propinsi Jawa Tengah, yang mengalir antara kota Semarang, ibu kota propinsi, dan Demak. Mata air Sungai Tuntang terletak di sebelah utara gunung Merbabu. Sungai Tuntang mengalir di sebelah selatan gunung Ungaran dan sebelah utara dan timur gunung Telomoyo. Air dari Rawa Pening mengalir ke Sungai Tuntang, yang menuju ke timur laut, kemudian ke barat laut dan akhirnya masuk Laut Jawa. Morfologi sungai tuntang alirannya cukup deras ada yang dalam dan ada yang tidak dalam dasarnya  hal ini di karenakan sungai yang sangat panjang dan di beberapa titik yang telah mengalami sedimentasi sehingga sepanjang sungai tuntang dasarnya tidak rata. Tebing-tebing sungai tuntang hanya di daerah hulu saja yang tinggi sedang untuk daerah hilir tebing sungai tidak rata ada yang tinggi dan ada yang rendah namun rata-rata tergolong pendek, banyak terdapat batuan di sungai tuntang ini mulai dari yang besar hingga yang kecil atau kerikil, batu-batu tersebut berasal dari letusan gunung merbabu. Warna air pada sungai tuntang agak keruh hal ini di pengaruhi oleh lumpur yang menjadi satu dengan air sungai, banyaknya sawah juga mempengaruhi warna air sungai ini. Air sungai tuntang masih dapat di gunakan manusia untuk mandi dan mencuci namun air sungai ini tidak dapat di gunakan  untuk memasak karena telah tercampur obat-obat atau bahan kimia yang berasal dari sawah warga setempat. Kehidupan di sungai tuntang meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia yang tinggal di sekitar sungai. Hewan yang ada di sungai mayoritas adalah ikan dan beberapa hewan air misalnya, ikan cetul, wader, lele, laba-laba air, kepiting, sompil, kerang, ikan grasscarp, ikan mas dan sebagainya sedangkan untuk tumbuhan di tumbuhi oleh pohon-pohon besar seperti sengon, jati, beringin, dan area persawahan yang sangat banyak di sekitar sungai tersebut.


Gambar di atas adalah ikan grasscap dan ikan mas berukuran super hasil tangkapan warga dari sungai tuntang. Ikan tersebut berasal dari rawa pening yang airnya mengalir ke sungai tuntang sehingga menyebabkan ikan ikut terbawa arus ke sungai tuntang. Ikan-ikan besar tersebut biasanya di temukan di sekitar PLTA jelok, pada saat air di PLTA tersebut di kuras untuk pengerukan sedimentasi banyak warga yang sekitar bahkan dari luar kota semarang beramai-ramai untuk mencari ikan di tempat tersebut.
 Sungai tuntang bermacam-macam kegunaannya seperti yang sederhana untuk mencuci, mandi, penggunaan air untuk mengaliri sawah, obyek wisata arung jeram,  memandikan hewan, tempat mencari ikan bagi nelayan dan terdapat juga pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Sungai tuntang berpotensi untuk  dikembangkan sebagai pembangkit listrik dengan skala kecil sampai dengan menengah. Salah satu pembangkit listrik skala menengah adalah PLTA I pada Kali Tuntang.  PLTA ini akan memanfaatkan aliran air dari Sungai Tuntang yang selama ini hanya dimanfaatkan untuk keperluan sehari hari. Energi listrik yang dihasilkan nantinya akan masuk dalam jaringan interkoneksi Jawa – Bali sehingga diharapkan menambah pasokan listrik Jawa – Bali yang kebutuhannya terus meningkat.
Sungai tuntang adalah salah satu sungai besar yang ada di jawa tengah, sungai ibarat sebuah berkah yang luar biasa, dimana air kehidupan itu ada dan akan terus mengalir. Jika sungai tuntang terus terjaga maka kehidupan di sungai tersebut juga akan terus bertahan namun sebaliknya jika sungai rusak dan tercemari maka kehidupan sekitar juga lambat laun akan berkurang bahkan tidak ada lagi. Jika sedimentasi pada sungai tuntang terus terjadi dan di biarkan bukan tidak mungkin dalam jangka waktu panjang akan terjadi banjir, pasalnya saat ini saja pada musim hujan jika air dari rawa pening meluap sungai yang seharusnya menampung tidak lagi sanggup melakukan tugasnya dan hal ini bedampak pada sawah warga yang terbanjiri air sehingga menjadi rusak. Sedimentasi tidak hanya menyebabkan banjir tetapi juga menyebabkan daya tampung air di sungai tuntang berkurang, jika air di sungai berkurang maka PLTA di sungai tersebut tidak akan beroprasi karena untuk mengoprasikan semua mesin di PLTA tersebut membutuhkan debit air  16 meter kubik perdetik. Namun sejak awal Agustus debit air sungai tuntang hanya berkisar 5,83 meter kubik per detik. Jika hal terus berlanjut bukan tidak mungkin dalam jangka waktu panjang PLTA di sungai tuntang akan lumpuh total dan mengurangi pasokan listrik.

Sumber :
www.kompas.com
www.undip.ac.id

Rabu, 16 Mei 2012

Sejarah Perkembangan Ilmu Biologi

1. Sejarah Singkat Perkembangan Biologi


Kata biologi bersal dari bahasa Yunani: berarti hidup, dan logos, berarti memikirkan atau ilmu. Dengan demikian, biologi adalah ilmu tentang makhluk hidup. Ilmu merupakan kumpulan ilmu pengetahuan dan metode untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas. Biologi merupakan seluruh pengetahuan tentang kehidupan yang bersifat logis dan ilmiah yang diperoleh dari dahulu hingga sekarang. Para ahli biologi secara terus menerus menambahkan pengetahuannya sehingga biologi semakin lama menjadi lengkap dan sempurna.

Seperti ilmu pengetahuan yang lain biologi muncul karena kebutuhan manusia untuk memahami suatu peristiwa dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Biologi seperti ilmu pengetahuan lainnya seperti TI yang terus berkembang, perkembangan biologi sendiri sangat pesat kita telah memperoleh banyak pengetahuan biologis hingga saat ini.
 


Pada abad pertengahan masyarakat eropa dihantui oleh ketidaktahuan dan kepercayaan terhadap takhayul. Kondisi tersebut sangat menghalangi usaha-usaha untuk mencaritahu permasalahan yang terjadi dimasyarakat. Namun setelah datangnya renaisans, ilmuan mulai menghilangkan kepercayaan terhadap takhayul.

Pada abad ke- 16, Andreas Vesalius seorang ilmuan dari belgia telah berhasil mendobrak metode pengobatan. Ia mengembangkan salah satu cabang biologai yang sangat penting, yaitu anatomi. Awal tahun 1600 tercatat sebagai salah satu sejarah penemuan yang terbesar bagi biologi dengan ditemukannya mikroskop cahaya. Hasil penemuan Anton van Leeuwenhoek (1632-1723) telah membantu munculnya beragam sains lainnya.

Dalam perkembangannya biologi tidak dapat berkembang sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan ilmu pengetahuan lain, seperti matematika, fisika, kimia, dan sebagainya. Seperti contoh, dapatkah kita menghitung energy yang kita butuhkan setiap hari jika kita tidak paham matematika? Maka dari itu kita juga perlu mempelajari ilmu pengetahuan yang lain untuk mengembangkan ilmu biologi.

Avertebrata

1. Pengertian Avertebrata
 
Invertebrata atau Avertebrata adalah sebuah istilah yang diungkapkan oleh Chevalier de Lamarck untuk menunjuk hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Invertebrata mencakup semua hewan kecuali hewan vertebrata (pisces, reptil, amfibia, aves, dan mamalia). Contoh invertebrata adalah serangga, ubur-ubur, hydra, cumi-cumi, dan cacing. Invertebrata mencakup sekitar 97 persen dari seluruh anggota kingdom Animalia.

Lamarck membagi invertebrata ke dalam dua kelompok yaitu Insecta (serangga) dan Vermes (cacing). Tapi sekarang, invertebrata diklasifikasikan ke dalam lebih dari 30 sub-fila mulai dari organisme yang simpel seperti porifera dan cacing pipih hingga organisme yang lebih kompleks seperti mollusca, echinodermata, dan arthropoda.

Ada 9 filum dalam klafisikasi avertebrata yaitu:
Annelida
Arthropoda
Coelenterata
Echinodermata
Mollusca
Nemathelminthes
Platyhelminthes
Porifera
Protozoa

Penelitian lebih lanjut dalam bidang taksonomi menunjukkan bahwa banyak hewan invertebrata yang berkerabat lebih dekat dengan vertebrata daripada dengan sesama invertebrata.



           Gambar 1.1 koloni porifera

I.                    Filum Porifera

Porifera berasal dari kata porus = lubang-lubang kecil dan fera = mengandung. Jadi, prifera berarti heawan yang memiliki pori.
A.      Ciri-ciri umum dari filum Porifera
Porifera merupakan hewan metazoa paling sederhana. Tubuh terdiri atas banyak sel. Bentuk tubuhnya menyerupai tabung atau jambangan yang berpori dan di dalamnya terdapat rongga tubuh. Rongga tubuh demikian disebut spongosol. Filum porifera biasa hidup di laut, mulai dari daerah perairan pantai yang dangkal hingga ke kedalaman 5,5 km. Tubuhnya melekat pada suatu dasardan tidak dapat berpindah-pindah tepat atau sesil.