SUNGAI TUNTANG
Tuntang adalah sebuah sungai di propinsi Jawa Tengah, yang mengalir antara kota Semarang, ibu kota propinsi, dan Demak. Mata air Sungai Tuntang
terletak di sebelah utara gunung Merbabu. Sungai Tuntang mengalir di sebelah selatan gunung Ungaran dan sebelah utara dan timur gunung Telomoyo. Air dari Rawa Pening mengalir ke Sungai Tuntang, yang menuju ke timur laut,
kemudian ke barat laut dan akhirnya masuk Laut Jawa. Morfologi sungai tuntang alirannya cukup deras ada yang
dalam dan ada yang tidak dalam dasarnya
hal ini di karenakan sungai yang sangat panjang dan di beberapa titik
yang telah mengalami sedimentasi sehingga sepanjang sungai tuntang dasarnya
tidak rata. Tebing-tebing sungai tuntang hanya di daerah hulu saja yang tinggi
sedang untuk daerah hilir tebing sungai tidak rata ada yang tinggi dan ada yang
rendah namun rata-rata tergolong pendek, banyak terdapat batuan di sungai
tuntang ini mulai dari yang besar hingga yang kecil atau kerikil, batu-batu tersebut
berasal dari letusan gunung merbabu. Warna air pada sungai tuntang agak keruh
hal ini di pengaruhi oleh lumpur yang menjadi satu dengan air sungai, banyaknya
sawah juga mempengaruhi warna air sungai ini. Air sungai tuntang masih dapat di
gunakan manusia untuk mandi dan mencuci namun air sungai ini tidak dapat di
gunakan untuk memasak karena telah
tercampur obat-obat atau bahan kimia yang berasal dari sawah warga setempat.
Kehidupan di sungai tuntang meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia yang tinggal
di sekitar sungai. Hewan yang ada di sungai mayoritas adalah ikan dan beberapa
hewan air misalnya, ikan cetul, wader, lele, laba-laba air, kepiting, sompil,
kerang, ikan
grasscarp, ikan mas dan sebagainya sedangkan untuk tumbuhan
di tumbuhi oleh pohon-pohon besar seperti sengon, jati, beringin, dan area
persawahan yang sangat banyak di sekitar sungai tersebut.
Sungai tuntang
bermacam-macam kegunaannya seperti yang sederhana untuk mencuci, mandi,
penggunaan air untuk mengaliri sawah, obyek wisata arung jeram, memandikan hewan, tempat mencari ikan bagi
nelayan dan terdapat juga pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Sungai tuntang berpotensi untuk
dikembangkan sebagai pembangkit listrik dengan skala kecil sampai dengan
menengah. Salah satu pembangkit listrik skala menengah adalah PLTA I pada Kali
Tuntang. PLTA ini akan memanfaatkan
aliran air dari Sungai Tuntang yang selama ini hanya dimanfaatkan untuk
keperluan sehari hari. Energi listrik yang dihasilkan nantinya akan masuk dalam
jaringan interkoneksi Jawa – Bali sehingga diharapkan menambah pasokan listrik
Jawa – Bali yang kebutuhannya terus meningkat.
Sungai tuntang adalah salah satu sungai besar yang ada di
jawa tengah, sungai
ibarat sebuah berkah yang luar biasa, dimana air kehidupan itu ada dan akan
terus mengalir. Jika sungai tuntang terus terjaga maka kehidupan di sungai
tersebut juga akan terus bertahan namun sebaliknya jika sungai rusak dan
tercemari maka kehidupan sekitar juga lambat laun akan berkurang bahkan tidak
ada lagi. Jika sedimentasi pada sungai tuntang terus terjadi dan di biarkan
bukan tidak mungkin dalam jangka waktu panjang akan terjadi banjir, pasalnya
saat ini saja pada musim hujan jika air dari rawa pening meluap sungai yang
seharusnya menampung tidak lagi sanggup melakukan tugasnya dan hal ini bedampak
pada sawah warga yang terbanjiri air sehingga menjadi rusak. Sedimentasi tidak
hanya menyebabkan banjir tetapi juga menyebabkan daya tampung air di sungai
tuntang berkurang, jika air di sungai berkurang maka PLTA di sungai tersebut
tidak akan beroprasi karena untuk mengoprasikan semua mesin di PLTA tersebut
membutuhkan debit air 16 meter kubik perdetik. Namun sejak awal Agustus debit air sungai tuntang hanya berkisar 5,83
meter kubik per detik. Jika hal
terus berlanjut bukan tidak mungkin dalam jangka waktu panjang PLTA di sungai
tuntang akan lumpuh total dan mengurangi pasokan listrik.
Sumber :
www.kompas.com
www.undip.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar